Semarang (1/10). Hari Kesaktian Pancasila diperingati untuk mengenang upaya penyelamatan terhadap kondisi pemerintahan waktu itu. Lebih tepatnya pada era 1965, ketika sempat muncul usaha pengambilalihan kekuasaan yang diwarnai isu Dewan Jenderal.
Singgih menjelaskan bahwa Pancasila sebagai ideologi terus diganggu oleh ideologi lain yang ingin menghegemoni Indonesia. Paham komunisme, misalnya, berusaha mengganti ideologi Pancasila, tetapi upaya tersebut berhasil digagalkan. Pancasila kemudian dianggap sakti dan terbukti lestari sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa.
Singgih menekankan pentingnya memberikan makna terhadap momentum Kesaktian Pancasila. Bangsa Indonesia harus memahami dan memaknai Pancasila sebagai satu-satunya ideologi dan dasar negara yang penting. Peristiwa G30S menandakan penolakan bangsa Indonesia terhadap paham komunis karena bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila dibangun atas keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sementara komunisme mengandung atheisme yang bertentangan dengan prinsip religius nasionalis bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman ini harus ditanamkan dengan baik kepada masyarakat.
Singgih berpendapat bahwa rakyat Indonesia perlu menerima dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila yang sesuai dengan kepribadian ketimuran, agama, dan norma-norma yang berkembang. Jika prinsip-prinsip tersebut diterima dengan baik, maka pemikiran masyarakat akan menjadi kuat dan tidak terpengaruh oleh ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila menjadi tuntunan bangsa Indonesia dalam konteks berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, penting untuk menghayati kelima sila Pancasila dan menerapkannya dengan komitmen tinggi dalam kehidupan masyarakat. Pancasila harus menjadi bagian dari produk kebudayaan yang ditanamkan secara terus-menerus di tengah rakyat.
Proses pembudayaan Pancasila dapat dilakukan melalui jalur formal maupun non-formal, seperti dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Yang terpenting adalah Pancasila selalu ada di dalam hati dan pikiran rakyat Indonesia.
Singgih menyatakan bahwa Pancasila membutuhkan keteladanan. Dia yakin bahwa rakyat akan sepenuh hati melaksanakan ajaran Pancasila jika pemimpin atau mereka yang memegang kekuasaan memberikan teladan dan contoh yang baik. Hal ini akan memperkuat penerapan nilai-nilai Pancasila dalam semua aspek kehidupan.
Pancasila harus dijiwai dengan keyakinan terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa, yang merupakan prinsip utama dan basis utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip kemanusiaan, persatuan bangsa, musyawarah, dan keadilan sosial juga harus menjadi kesatuan yang utuh dan tidak boleh dipisahkan satu sama lain.