Oleh: Faidzunal A. Abdillah, Penyelidik Sosial dan Lingkungan – Warga LDII yang Tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Menggali Makna Susu
Bayangan masa lalu seringkali menjadi kenyataan yang menghantui. Terutama saat membaca kisah hidup seseorang. Entah mengapa, setiap mengangkat gelas susu, gemetar menyelimuti diri. Setiap retelling kisahnya menggetarkan hati, bahkan bibir ikut bergetar meresapi setiap detiknya. Keangkuhan pun sirna.
Banyak hal belum tersentuh optimal, meski kemudahan dari Allah telah diberikan. Nilai keimanan tetap menjadi standar, mengikuti jejak orang-orang salaf, para pionir dan pembela agama Allah. Kesadaran akan hakikat wasiat indah ini melingkupi diri ini sepenuhnya.
Resonansi Jiwa dalam Keimanan
Resonansi jiwa bisa muncul, terutama bagi yang merasakan pengalaman hidup serupa. Empati mendalam dan rasa kagum terhadap keimanan para pahlawan tersebut menjadi bagian dari perasaan. Keingintahuan pun tumbuh, terutama dalam menggali pengetahuan. Kisah Abu Huroiroh tentang kesederhanaan hidupnya menjadi bahan renungan.
Memberikan dari Hati yang Ikhlas
Kisah Abu Huroiroh yang pernah merasakan kelaparan mendalam, menempelkan perut ke tanah, dan bahkan mengikatkan batu di perutnya, menjadi landasan pengajaran. Dia tidak ragu bertanya pada para sahabat, bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk mencari makan. Respons Abu Bakar dan Umar yang melewatkan tanpa memberikan apa yang diminta, dan Rasulullah yang tersenyum dan memberi, menciptakan perbandingan yang signifikan.
Ahlus Shuffah: Tamu Islam yang Berharga
Ketika Rasulullah mengundang Ahlus Shuffah, tamu Islam yang tidak memiliki tempat, Abu Huroiroh merasa ragu. Dia merasa sekendi susu tidak akan cukup bagi mereka. Namun, ketaatan pada perintah Allah dan Rasul-Nya mendorongnya untuk bertindak. Kesederhanaan Rasulullah dalam berbagi makanan, bahkan jika hanya sedikit, memberikan teladan akan keikhlasan.
Pelajaran Sederhana untuk Kehidupan Modern
Cerita ini mencerminkan banyak nilai yang dapat diambil untuk kehidupan sehari-hari. Dari sikap antri yang terpuji hingga keutamaan memberi lebih kepada orang lain daripada diri sendiri. Ini adalah cerminan iman yang kokoh. Kesadaran untuk tetap taat pada perintah Allah, mukjizat dalam tindakan seorang pemimpin yang ikhlas, pengertian, dan pelayanan. Bahkan dalam hal yang sederhana seperti makanan, terdapat nilai-nilai agung yang disampaikan dalam Islam.
Mengenang Keberkahan dalam Segelas Susu
Kini, kita jarang merasakan lapar, bahkan sebelum itu datang, kita sudah mengusirnya. Ibadah terkadang terasa sulit, bukan karena lapar, melainkan karena kekenyangan. Maka, saat menikmati segelas susu, ingatlah hadits di atas. Berdoalah untuk keberkahannya, agar susu tetap menjadi sumber keberkahan bagi semua yang terlibat.
ldii ok